Peneguhan Kembali Bandung Sebagai Kota Toleransi
Sebagai kota dengan keberagaman etnis, budaya, dan agama, telah menjadikan Bandung menjadi kota dengan beragam kekayaan. Tak hanya dikenal kaya akan khasanah seni dan budaya atau kuliner, kota ini ini juga ternyata pernah menjadi kota percontohan toleransi di bumi nusantara.
Banyak bukti yang bisa memperkuat citra kota Bandung sebagai kota yang toleran, dan tersebar di berbagai sudut kota dan membuat kota ini dikenal sebagai salah satu kota toleran dengan suguhan pemandangan berbagai kelompok agama hidup berdampingan dan saling jaga. Pemandangan tersebut sudah terpelihara sejak zaman kolonial Belanda.
Rumah-rumah ibadah tertua di Bandung ini tidak hanya menjadi tempat penting bagi masyarakat Bandung, tetapi juga telah menjadi bangunan bersejarah yang masih berdiri dan berfungsi dengan baik. Tak jarang sejarah dan arsitekturnya menjadi destinasi wisata religi pilihan wisatawan dari berbagai daerah.
Fakta-fakta inilah yang kemudian menjadikan Bandung dipilih untuk tempat pelaksanaan kegiatan Konferensi Moderasi Agama Asia Afrika dan Amerika Latin, tentu di samping fakta sejarah bahwa Bandung juga menjadi tempat pelaksaan Konferensi Asia Afrika.
Konferensi ini rencananya akan melibatkan berbagai komunitas di kota parahyangan mulai dari tokoh politik, tokoh agama, pemuda, hingga pedagang lokal dilibatkan oleh pemerintah untuk mensukseskan pagelaran tersebut.
Kontributor infomedialink.com Lista Amalia langsung terjun ke lapangan guna meliput dan menggali antusiasme dan harapan mereka terhadap acara tersebut, serta bagaimana konferensi ini diharapkan dapat menjadi momentum memperkuat nilai-nilai moderasi beragama yang rencananya akan diselenggarakan pada 19-22 Desember 2023.
Kenapa Bandung dipilih menjadi tempat perhelatan acara tersebut? Bukan tanpa sebab, ada catatan sejarah panjang dipilihnya Bandung menjadi tempat konferensi. Konferensi Moderasi Beragama sendiri merupakan inisiatif yang bermula sebagai tanggapan terhadap meningkatnya kebutuhan untuk membangun pemahaman, toleransi, dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Konferensi Moderasi Beragama pertama kali diinisiasi pada tahun 2010 di kota Bandung, untuk merespon terhadap sejumlah tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. Tujuan utama konferensi ini adalah membangun platform dialog antarumat beragama untuk saling memahami, meresapi perbedaan, dan mencari solusi bersama terhadap isu-isu keberagaman
Seiring perjalanan waktu, kegiatan Konferensi Moderasi Beragama pun semakin mengukuhkan posisinya. Dari semula hanya kegiatan untuk merespon perkembangan dalam kehidupan beragama, dan hanya melibatkan perwakilan domestik namun kemudian dikukuhkan sebagai kegiatan tahunan. Sejumlah agenda dan permasalahan pun disusun untuk dibahas bersama dalam konferensi tersebut dan melibatkan banyak perwakilan dari berbagai komunitas keagamaan dari berbagai negara.
Perwakilan dari berbagai komunitas keagamaan di tiap negara undangan pun berdatangan untuk membahas dan berbagi pemikiran dan pengalaman bagaimana kehidupan antar agama yang ideal, mewujudkan tata masyarakat yang plural dan damai, dan tantangan-tantangan yang muncul dalam masyarakat.
Konferensi Moderasi Beragama pada akhirnya mengalami perkembangan seiring dengan meningkatnya reputasi kegiatan tersebut di kancah dunia. Upaya untuk menjadikan acara ini berskala internasional semakin diperkuat oleh banyaknya partisipasi delegasi dari berbagai negara dan organisasi internasional yang telah memberikan dimensi global pada upaya mempromosikan dialog dan kerukunan antarumat beragama.
Sejarah Konferensi Moderasi Beragama mencerminkan tekad masyarakat dan pemerintah Indonesia untuk membangun masyarakat yang inklusif, toleran, dan harmonis, di mana keberagaman dihargai sebagai kekayaan yang memperkaya bangsa. Melalui dialog terus-menerus, diharapkan konferensi ini dapat terus menjadi sarana untuk merajut kerukunan antarumat beragama di Indonesia dan di dunia.
Kegiatan Konferensi Moderasi Beragama yang diselenggarakan oleh Balitbang Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia bersama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tahun ini mengambil tema “Religion And Humanity.” yang merupakan konferensi melibatkan negara-negara di Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA).
Beberapa tujuan yanh hendak dicapai dengan adanya perhelatan ini di antaranya adalah ; menghidupkan kembali semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 dan diplomasi Indonesia di Latin Amerika tentang perdamaian dan persatuan dunia, mengembangkan peran diplomasi publik internasional Republik Indonesia melalui penguatan moderasi beragama, mendorong terciptanya atmosfer perdamaian dan kerukunan umat beragama di dunia, menangkal pertumbuhan budaya kekerasan dan kelompok keagamaan ekstrem, mengajak para pemimpin, ilmuwan, dan praktisi dari berbagai latar belakang untuk terlibat dalam dialog demi meningkatkan moderasi, toleransi, kesetaraan, dan keselamatan, berpartisipasi dan berkontribusi pada tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) dari perspektif agama, menampilkan praktik-praktik baik toleransi beragama dan berbagi pelajaran mengenai pembangunan kerukunan umat beragama, membuat rekomendasi mekanisme pembuatan kebijakan dan protokol dalam melakukan mitigasi dan penyelesaian masalah intoleransi, kekerasan, dan ekstremisme keagamaan
Adapun tema kegiatan konferesi tahun ini adalah “Religion And Humanity,” dan disesuaikan dengan mengambil semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung. Menurut Kepala Balitbang Diklat Kemenag, Suyitno, menjelaskan bahwa acara ini bukan hanya sebagai kegiatan independen, tetapi juga sebagai langkah awal menuju Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika dan Amerika Latin yang lebih besar pada tahun 2024. “Dengan tema ini diinisiasi untuk mendorong negara-negara di tiga benua tersebut menghentikan eskalasi konflik dan bersama-sama menciptakan perdamaian,” ujar Suyitno kepada infomedialink.com.
Konferensi ini diharapkan menjadi forum strategis bagi pemimpin negara di ketiga kawasan tersebut untuk bersatu dalam mengupayakan penguatan peran PBB dalam menciptakan perdamaian global. Suyitno menekankan bahwa KMBAAA merupakan acara pendahuluan yang penting untuk menyatukan pemimpin negara dalam menjawab tantangan geopolitik dunia saat ini.***