Dana Perubahan Iklim di PT SMI, Masyarakat Dapat Apa?

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) merupakan perusahaan yang dibentuk dan di bawah koordinasi Kementerian Keuangan yang memiliki mandat menjadi katalis pembangunan infrastruktur Indonesia. Pasca Perjanjian Paris pada 2015, PT SMI berkomitmen untuk mendukung komitmen Indonesia dalam mencapai target target Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 31,89% tanpa syarat dan 43,2% bersyarat pada 2030.

Dalam perkembangannya, PT SMI berkomitmen untuk membatasi pembiayaan di sektor pembangkit listrik batu bara. Bahkan sejak 2019, PT SMI tidak melakukan investasi baru yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik batu bara.

Di saat yang bersamaan, PT SMI memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, terutama pada pembiayaan di sektor energi baru dan hingga transportasi publik ramah lingkungan. Pada 2022 misanya, beberapa proyek Energi Baru dan Terbarukan (EBT) seperti pembangkit listrik tenaga air, tenaga matahari, biomassa, dan tenaga angin terus digencarkan dengan total pembiayaan mencapai Rp6 triliun.

Komitmen tersebut membuat PT SMI dapat mengakses pendanaan internasional untuk mendukung proyek-proyek mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Salah satunya dari Green Climate Finance (GCF) dengan nilai pendanaan yang bisa diakses mencapai USD 50 juta – USD 250 juta per proyek baik sektor pembangkitan dan akses energi, transportasi, kehutanan dan pemanfaatan lahan, serta bangunan, perkotaan, industri, dan appliances.

Dalam implementasi pembiayaan proyek, PT SMI memiliki tujuan untuk menghasilkan multiplier effect, terutama dalam hal yang terkait dengan sosial ekonomi. Bahkan, senantiasa melakukan Penerapan Perlindungan Lingkungan dan Sosial (Environmental Social Safeguards/ESS) untuk menghindari potensi risiko lingkungan dan sosial.

Kendati demikian, secara umum berbagai pembiayaan yang dilakjukan PT SMI tidak memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat. Dana hibah terkait perubahan iklim yang didapatkan PT SMI dari lembaga internasional juga lebih banyak untuk kegiatan technical assistance seperti penyusunan business model pembiayaan energi efisiensi, program pengembangan hulu energi panas bumi, serta fasilitas persiapan proyek: pengembangan Bus Rapid Transit Terintegrasi di Semarang.

Praktis, hanya terdapat beberapa proyek saja yang melibatkan dan memberikan manfaat kepada masyarakat secara langsung, di antaranya Program Kampung Alpukat.  Pada 2022, PT SMI dengan Laznas LMI melanjutkan agenda ‘Green Indonesia Project’ dengan menanam 2.000 pohon alpukat di Desa Wunung, Kecamatan Wonosari, Gunung Kidul.

Penanaman di lahan seluas 5 hektar itu melibatkan 216 orang. Mereka kemudian membentuk kelompok tani alpukat. Kelompok tani alpukat inilah yang nantinya akan merawat tanaman hingga tumbuh besar, sehingga tujuan program dalam rangka antisipasi dampak perubahan iklim tercapai.

PT SMI bersama Baitulmaal Muamalat (BMM) juga memberikan satu unit ambulan sungai yang dilengkapi satu set alat kesehatan kepada masyarakat Desa Subur Indah, Desa Bumi Subur, dan Desa Jaya Makmur di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah untuk memudahkan akses ke rumah sakit. Selain itu, program Desa Bakti Untuk Negeri (DBuN). Program ini bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat, termasuk pengembangan sosial dan ekonomi masyarakat, terutama kelompok masyarakat marjinal.

68