Gen Z Perlu Kekebalan & Adab Digital 


Perkembangan teknologi di era digital tumbuh sedemikian pesat dan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat. Bahkan, teknologi sudah menjadi kebutuhan utama dalam berbagai aspek dan aktivitas masyarakat.

Namun, penggunaan teknologi menimbulkan dampak buruk ketika masyarakat kurang literasi dan edukasi dalam menggunakan piranti tersebut. Dan kondisi perkembangan teknologi yang pesat, dan tak berbanding lurus dengan kemampuan dan pemahaman masyarakat dalam menggunakan piranti tersebut secara bijak dan bermanfaat positif banyak terjadi dewasa kini.

Salah satu fakta dalam penggunaan teknologi informasi yang kurang bijak di masyarakat adalah makin maraknya penyebaran hoaks. Maraknya penyebaran hoaks tidak dapat dilepaskan dari adanya  perkembangan teknologi informasi khususnya munculnya media baru (new media).

Beberapa platform media baru yang menjadi sumber penyebaran hoax di antaranya;  Facebook, Twitter, Instagram, dan Whatsapp menjadi media yang paling banyak digunakan. 

Data penetrasi internet berdasarkan demografi memperlihatkan kebanyakan user internet terbanyak adalah usia 13-18 tahun yaitu 99,16%, disusul masyarakat usia 19-34 tahun sebanyak 98,64%. Parahnya, besarnya cakupan user  dan ketersediaan internet tidak diiringi dengan kemampuan literasi digital yang baik. 

Mirisnya, kondisi ini terjadi di semua level dan jenis masyarakat termasuk masyarakat kampus. Komunitas kampus dengan kemampuan akademik dan pemahaman di atas rata-rata, ternyata juga mengalami kondisi yang tak berbeda dengan publik. Faktanya, kampus menjadi tempat produksi hoaks dan penyebaran yang potensial.

Tindak perilaku bijak di media sosial di kalangan kampus dan mahasiswa masih lemah. Padahal bila literasi digital diberikan di komunitas ini, mereka  memiliki potensi dan berkontribusi besar dalam memutus derasnya peredaran berita-berita hoax, fitnah, atau ujaran kebencian (hate speech). 

Kampus dan mahasiswa dapat dijadikan sebagai benteng ampuh dalam menghadang derasnya berita bohong ataupun ajaran kebencian. Karenanya, dia mendorong mahasiswa untuk lebih memanfaatkan media sosial secara baik.

Dengan kata lain, kampus dan mahasiswa bisa menjadi agent of change sekaligus menjadi agen anti-hoaks sehingga menciptakan generasi muda yang menjadi trendsetter.

“Inilah salah satu alasan kita untuk terlibat kegiatan edukasi di kampus-kampus. Harapan kita, mahasiswa dan masyarakat kampus umumnya menjadi agen anti-hoaks di masyarakat. Kegiatan kelas cek fakta ini merupakan kegiatan lanjutan yang sudah kita lakukan yaitu prebunching,” kata Ahmad Faisol Direktur Eksekutif Medialink di Jakarta, 25 Januari 2024.

Menurut Ahmad Faisol, mahasiswa dan masyarakat kampus sebagai generasi dengan kecerdasan intelektual tinggi, serta pemikiran yang terbuka seharusnya menjadi promotor terdepan dalam menangkal tersebar luasnya hoax.  Itulah kenapa pentingnya melakukan literasi digital di segmen masyarakat ini.

 Faisol menjelaskan bahwa bila tak dibekali dengan literasi digital yang baik maka generasi muda khususnya Gen Z yang merupakan gen paling dominan dan menjadi aspek bonus demografi pada tahun 2030 yang akan menciptakan generasi emas justru akan menjadi harapan kosong.

Literasi digital yang diberikan kepada generasi muda tak hanya mencakup memberikan keterampilan kepada generasi muda kemampuan untuk menganalisa setiap informasi yang ada, tapi juga mengajarkan kepada mereka soal bagaimana adab dalam bersosialisasi di dunia digital.

“Pemahaman adab digital generasi muda kita masih sangat lemah, walaupun sebaran internetnya sangat tinggi”, tambah Faisol.

 Melalui pengetahuan adab digital akan menjadi bekal bagi generasi muda untuk bijak dalam bermedia sosial. Mereka memiliki kekebalan untuk menangkal hoaks yang beredar dan membagi konten edukatif bagi masyarakat.

Dengan pengetahuan adab maka mahasiswa pun akan berperilaku bijak dalam bermedia sosial, sehingga memberi kontribusi positif dan menjadi pemutus  derasnya peredaran hoaks, fitnah, atau ujaran kebencian (hate speech). 

Menurut Dra. Tellys Corliana, M.Hum, pihaknya mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan Medialink. Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Dr Hamka (Uhamka) ini juga melihat pentingnya memberikan pengetahuan dan keterampilan literasi digital kepada mahasiswa. 

“Kegiatan-kegiatan seperti ini dapat mendorong agar mahasiswa juga berperan aktif di lingkungannya untuk menjadi positif vibe. Mereka harus menjadi agen-agen perubahan, agen anti-hoaks”, ujar Tellys Corliana.Mahasiswa harus menjadi generasi yang mampu menyaring informasi sebelum sharing sehingga peredaran  isu-isu hoaks ini juga dapat berkurang di masyarakat. ***

220